Rabu, 27 Mei 2015

Pemasangan NGT

Definisi NGT
NGT  adalah Nasogastric tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
  1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr

  2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr

  3. Bayi ukuran 6 Fr
Indikasi pemasangan NGT
Indikasi pasien yang di pasang NGT diantaranya sebagai berikut :
* Pasien tidak sadar.
* pasien Karena kesulitan menelan.
* pasien yang keracunan.
* pasien yang muntah darah.
* Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut.
Tujuan Pemasangan NGT
Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut :
* Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan.
* Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
* Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.
* Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung.
Kontraindikasi pemasangan NGT
* Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.
* Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.
Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;
  1. Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi pasiennya

  2. Handscun bersih                     7.   Spuit

  3. Handuk                                   8.   Stetoskop

  4. Perlak                                      9.   Plester

  5. Bengkok                                  10. Pen Light

  6. Jelly / Pelumas             11. Gunting
Standar Operasional Prosedur Pemasangan  NGT
Langkah –langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan :
  1. Mengucapkan salam terapeutik.

  2. Melakukan evaluasi / validasi.

  3. Melakukan kontrak ( waktu, tempat, topik ).

  4. Menjelaskan prosedur tindakan.

  5. Mencuci tangan.

  6. Menyiapkan alat dan membawanya ke dekat pasien.

  7. Memakai sarung tangan / handscun.

  8. Menjaga privacy pasien : menutup pintu / sampiran.

  9. Mengatur posisi pasien : posisi fowler  atau semi fowler.

  10. Memasang handuk kecil di dada pasien.

  11. Letakkan bengkok di dekat pasien.

  12. Mengkaji lubang hidung pasien.
* Mengobservasi keutuhan jaringan hidung, termasuk adanya iritasi dengan menggunakan pen light.
* Mengkaji lubang hidung untuk melihat adanya obstruksi dengan meminta pasien bernafas melalui salah satu lubang hidung sambil menutup lubang hidung yang lainnya.
* Memilih salah satu lubang hidung yang aliran udaranya paling besar.
  1. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menempatkan ujung selang dari hidung pasien ke ujung telinga atas, lalu lanjutkan sampai ke processus xyphoideus.

  2. Tandai selang dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan.

  3. Menberi jelly / pelumas pada ujung selang tersebut ( 10-20 cm ).

  4. Meminta pasien untuk hiperekstensi kepala.

  5. Meminta pasien untuk rilaks dan bernafas normal, masukkan selang perlahan tapi tegas sepanjang 5-10 cm. Kemudian meminta pasien untuk menundukkan kepala ( fleksi ) sambil menelan.

  6. Memasukkan selang sampai batas yang ditandai. Jangan memasukkan selang secara paksa jika terasa ada tahanan.
a. Jika pasien batuk / bersin, hentikan dulu tindakan.
b. Jika selang mengalami tahanan, tarik selang, lumasi kembali, dan masukkan kembali melalui lubang hidung yang lainnya.
c. Jika pasien terlihat akan muntah, tarik selang dan inspeksi tenggorokan lalu lanjutkan memasukkan selang secara bertahap.
  1. Mengecek masuknya selang ke lambung :
a. Masukkan ujung selang ke dalam kom yang berisi air.
b. Auskultasi suara udara yang dimasukkan dengan meletakkan stetoskop di atas epigastrium pasien, dan kemudian sambungkan ujung spuit dengan ujung selang, lalu masukkan 10-30 ml udara ke dalam selang dengan cepat sambil mendengarkan suara “blup”.
c. Mengaspirasi secara perlahan melalui spuit dan cek keasaman dengan menggunakan kertas lakmus.
d. Apabila tanda-tanda pemeriksaaan tidak mengindikasi adanya selang di dalam lambung, masukkan kembali selang sejauh 5 cm, dan ulangi pemeriksaan.
  1. Memfiksasi selang dengan memplesternya ke batang hidung pasien dan mengklem ujung selang agar udara tidak masuk..

  2. Membantu pasien mengatur posisi yang nyaman.

  3. Merapihkan dan membereskan alat.

  4. Mengevaluasi respon pasien.

  5. Merencanakan tindak lanjut.

  6. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas dan di pasang NGT yang baru.
Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT
Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan spuit besar ukuran 50 cc

  2. Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)

  3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok

  4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan udara dengan mengklem.

  5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.

  6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi

  7. Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka bisa dilakukan 4 kali .

  8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang bakteri.

  9. Jika sudah selesai rapikan peralatan.

Selasa, 26 Mei 2015

Pemasangan Infus



Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Dan yang di maksud dengan pemberian cairan intravena adalah memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Potter,2005). Tindakan infus biasa diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu, serta untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu.
Persiapan
Persiapan Klien
         Cek perencanaan Keperawatan klien
         Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
1.      Standar infus
2.      Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
3.      Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
4.      Bidai / alas infus
5.      Perlak dan tourniquet
6.      Plester dan gunting
7.      Bengkok
8.      Sarung tangan bersih
9.      Kassa seteril
10.  Kapas alkohol dalam tempatnya
11.  Bethadine dalam tempatnya
Pelaksanaan Pemasangan Infus
a.       cuci tangan
b.      Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
c.       Mengisis selang infus
d.      Membuka plastik infus set dengan benar
e.       Tetap melindungi ujung selang seteril
f.       Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas
g.      Menggantung cairan infus di standar cairan infus
h.      Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam )
i.        Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
j.        Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
k.      Cek adanya udara dalam selang
l.        Pakai sarung tangan bersih bila perlu
m.    Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
n.      Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
o.      Memilih vena yang tepat dan benar
p.      Memasang tourniquet
q.      Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau     dari atas ke bawah sekali hapus
r.        Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
s.       Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah samping
t.        Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
u.      Torniquet dicabut
v.      Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
w.    Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
x.      Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering, memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut
y.      Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
z.       Untuk pemberian cairan IV, atas kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat permenit.
aa.   Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
bb.  Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
cc.   cuci tangan
dd. Catat tindakan yang dilakukan

Injeksi IM

ASUHAN KEBIDANAN INJEKSI INTRA MUSCULAR ( IM )


ASUHAN KEBIDANAN INJEKSI INTRA MUSCULAR ( IM )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006).
Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk obat yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian parenteral yang paling umum adalah intra vena, intra muscular, subkutan, intrakutan dan intra spinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain (Perry Potter, 2006).
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan (Perry Potter, 2006).
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan (Perry Potter, 2006).

1.2  Tujuan Penulisan
·         Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan injeksi Intra muscular (IM) secara benar dan tepat sesuai dengan langkah-langkah.

·         Tujuan Khusus
1.    Mahasiswa dapat mengkaji data pasien
2.    Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa
3.    Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah –langkah
4.    Mahasiswa dapat menevaluasi tindakan yang akan dilakukan
5.    Mahasiswa dapat memberikan KIE kepada pasien

1.3  Sistematika Penulisan
                        BAB I : Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Tujuan Penulisan
1.3  Sistematika Penulisan
            BAB II. TINJAUAN PUSTAKA                            
            BAB III. TINJAUAN KASUS                    
            BAB IV. PEMBAHASAN               
            BAB V. PENUTUP
5.1  Kesimpulan
5.2  Saran
      DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  DEFINISI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
         Istilah Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena rute ni disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beeberapa rute pemberian yaitu intra muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra spinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005).
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil, sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara intra vena.
2.1.1 Macam macam Injeksi  Parenteral
a)      Injeksi IM (Intra muskular)
Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian obat dengan memasukkannya kedalam jaringan otot.
b)      Injeksi SC  (Subkutan)
Menyuntikan obat dibawah kulit.

c)      Injeksi IC  (Intrakutan)
Memberikan obat ke dalam jarinagn kulit (epidermis)
d)     Injeksi  IV (Intra Vena)
Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh darah(kedalam vena)

2.1.2  Keuntungan Obat Secara Parenteral
- Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral
-  Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah
-  Sangat berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009).
2.1.3  Kerugian Pemberian Secara Darurat
- Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih
-  Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
-  Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur, bakteri, sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
-  Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam sterilisasi partikulasi, pirogenitasi, sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati, 2009).
2.2   PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
               Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh (Musrifatul Uliyah, 2008).
   2.2.1   Standar Obat
Terdiri dari 2 aspek, yaitu :
a.       Kemurnian, yaitu suatu keadaan dimiliki obat karena unsure keasliannya tidak ada pencampuran, dan standar potensi yang baik
b.      Bioavailabilitas, berupa keseimbangan obat, keamanan dan efektivitas standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri. (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.2         Efek Obat
Terdiri dari 2 efek, yaitu :
1.      Efek terapeutik
             Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diberikan sesuai kandungan obatnya.
Terdiri dari :
a. Efek paliatif : mengurangi gejala
b. Efek kuratif : efek pengobatan
c. Efek suportif : menaikkan fungsi atau respons tubuh
d. Efek substitutive : berefek sebagai pengganti
e. Efek kemoterapi : mematikan/menghambat
f. Efek restorative : memulihkan fungsi tubuh yang sehat
2. Efek samping
Yaitu dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal dan bahkan bisa membahayakan, seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit tatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dll.
2.2.3   Prinsip Pemberian Obat
1.      Tepat Obat
            Sebelum mempersiapakan obat ke tempatanya petugas medis harus memperhatiakan kebenaran oabt sebanyak tiga kali ,yakni ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat,saat obat diprogramkan,dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2.      Tepat Dosis
            Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan kepada pasien.
3.      Tepat Pasien
            Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4.      Tepat Jalur Pemberian
            Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5.      Tepat Waktu
            Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.      
6.      Tepat Dokumentasi
                    Mencatat semua proses langkah-langkah pemberian obat (Musrifatul Uliyah, 2008)



2.3      PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRA MUSKULAR (IM)
2.3.1        Definisi
                           Pemberian obat melalui intra muskular merupakan pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot.
2.3.2        Lokasi Penyuntikan
             Tempat atau lokasi suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf atau pembuluh darah utama. Tempat-tempat yang lazim digunakan antara lain di dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas).
             Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intra muscular adalah superempat bagian atas luar otot gluteus maximus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal, dan 2 ml di daerah deltoid.Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat (Formulasisteril.blogspot.com).
2.3.3        Tehnik Pemberian obat secara IM
             Rute intra muscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute SC/subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o (Perry, Potter, 2006)
2.3.4        Indikasi Penyuntikan
1.                   Pada pasien yang memerlukan penyuntikan IM
2.                   Atas perintah dokter

2.4      LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN INJEKSI INTRA MUSCULAR
1.        Persiapan Alat
-          Bak instrument kecil yang telah berisi alas
-          Sarung tangan bersih yang bersih satu pasang
-          Jarum pengambil obat
-          Spuit 2,5 cc dan 5 cc
-          Obat yang sudah yang ditentukan
-          Kapas alkohol dalam tempatnya
-          Bengkok
-          Buku catatan injeksi
-          Alat tulis
-          Safety box (Jarum dan spuit)
-          Larutan klorin0,5 % dalam tempatnya
-          Handuk kecil cuci tangan
-          Sampah medis & non medis
2.      Persiapan Pasien
-            Memberi salam pada pasien
-            Mengenalkan diri pada klien /keluarga
-            Menjelaskan tujuan dilakuakn tidakan
-            Memberi prosedur tindakan
3.      Langkah-langkah
-            Menyiapkan alat-alat dengan rapi, mendekatkan ke pasien, menutup lingkungan untuk menjaga privasi pasien
-            Menanyakan pada pasien apa pernah alergi obat atau pernah mengalami gangguan       pembekuan darah
-            Membaca daftar obat pasien
-            Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
-            Melarutkan obat bila obat masih dalam bentuk serbuk
-            Mengisi spuit dengan obat sesuai dengan dosis
-            Mengeluarkan udara dalam spuit dan langsung dibawa ke dekat pasien
-            Membaca kembali pemberian obat dan dicocokkan dengan nama pasien atau langsung tanyakan namanya kepada pasien yang bersangkutan
-            Mengatur posisi pasien sesuai densn kondisi
-            Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
-            Menentukan tempat penyuntikan
·           Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian dibagi tiga kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS
·           Pada otot pangkal lenagn (muskulus deltoideus)
·           Pada otot paha bagian luar,yaitu sebelah luar satu per tiga
-            Mendesinfeksi dengan kapan alcohol lembab pada daerah yang akan disuntik dengan sekali oles
-            Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari
-            Menusukkan jarum dengan posisi tegak lurus dengan cepat sedalam 2/3 bagian
-            Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan pastikan tidak ada darah yang keluar
-            Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan-lahan
-            Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.
-            Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.
-            Merapikan pasien (anjurkan pasien untuk berbaring ± 3 menit) dan lingkungan
-            Spuit disepul dengan larutan klorin lalu spuit dipisahkan dengan jarum dibuang di safety box
-            Merapikan dan membuang sampah pada tempatnya
-            Perawat mencuci tangan
-            Mencatat hasil kegiatan dan reaksi klien
-            Melakukan tindakan dengan teliti dan hati-hati
4.      Sikap
-            Komunikasi terapiutik
-          Dalam melakukan tindakan
 (Ceklis Akbid Brawijaya husada 2011)

5.Langkah-langkah tindakan dan hasilnya
                   1. Persiapan alat
-   Spuit soloshot sesuai ukuran
-    Obat Depo Progestin 3 cc
-    Kapas alkohol dalam tempatnya
-    Bengkok
-    Tempat sampah
-    Buku catatan dan alat tulis
R/ Memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan tindakan, tanpa ada alat  yang lupa dibawa

2.    Persiapan pasien
-   Memberi salam pada pasien
R/ Menghormati pasien dan memberi kesan awal yang baik pada pasien.
-   Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah disediakan
3.      Langkah-langkah tindakan
-   Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih
R/ menghilangkan kuman sebagai tindakan antiseptic dan mencegah terjadinya infeksi silang
-   Memperhatikan lingkungan pasien
R/ menjaga privasi pasien
-   Melakukan anamnese pada pasien
   R/ memastikan biodata pasien
-   Memastikan bahwa hari tersebut memang tepat waktu pasien untuk kunjungan ulang suntik 3 bulanan dengan cara melihat di kartu KB pasien
-   Menimbang pasien, catat hasil
-   Melakukan pengukuran tekanan darah pasien, digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan penyuntikan, catat hasilnya diles pasien
-   Membuka spuit dari kemasan
-   Membuka tutup obat, mendesinfeksi dengan kapas alcohol
R/ Agar tutup obat dalam keadaan bersih terhindar dari mikroorganisme.
-   Mengisi spuit dengan obat
R/ Memasukkan obat yang akan disuntikan sesui dengan dosisi pemberian
-   Mengeluarkan udara dalam spuit
R/ Agar udara tidak masuk kedalm jaringan tubuh dan mencegah terjadinya emboli
-   Menganjurkan pasien untuk berbaring pada tempat yang telah disiapkan
-   Mengatur posisi pasien dan membebaskan daerah yang akan disuntikan dari pakaian pasien
R/ Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan
-   Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari SIAS
R/ Untuk mendapatkan lokasi penyuntikan yang tepat
-   Mengantisepsis bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol
R/ sebagai tindakan antiseptik untuk menghindari masukknya mikro organisme dalam tubuh
-   Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk & ibu jari
   R/ mengurangi rasa sakit pada saat penyuntikan
-   Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum
R/ agar penyuntikn tepat pada jaringan otot
-   Memasukkan obat secara perlahan-lahan
       R/ Agar pasien tidak sakit ketikan obat dimasukkan
-   Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.
R/ untuk mengurangi rasa sakit pada daerah yang disuntik.
-   Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.
R/ agar pasien mengerti dan tahu bahwa tindakan telah selesai dilakukan
-   Merapikan baju pasien dan menata lingkungan
R/ membantu pasien dan memberikan lingkungan yang nyaman.
-   Mengembalikan alat pada tempatnya
R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan tindakan selanjutnya.
-   Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
-   Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7 langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
R/ menghilangkan kuman setelah bersentuha dengan kulit pasien sebagai tindakan aseptik
-   Mencatat tindakan yang sudah dilakukan
R/sebagai dokumentasi
-   memberi tahu jadwal kembali pasien

7.Hasil tindakan
-  klien merasa lega dan puas
-  Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing
8.KIE           
-          Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang dilakukan penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
-         

BAB IV
PEMBAHASAN

1.    Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas, Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori dan praktek dilapangan ada kesenjangan,  keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2.    Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
3.    Pada saat melakukan tindakan
a.    setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain yang menunggu dan untuk keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan bukan handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan, untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu memperkenalkan diri pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.
b.    Menurut teori dalam pengambilan obat dilakukan dengan jarum tersendiri yaitu jarum no.23 dan spuit 5 cc, digunakan untuk aspirasi udara saat penyuntikan. Sedangkan di lapangan tidak memakai jarum no.23 dan spuit 5 cc, dikarenakan spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
c.    Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
d.   Menurut teori pada saat kita melakukan tindakan penyuntikan kita mengaspirasi dulu sedangkan kalau praktek di lapangan tidak mengasiprasi karena spuit yang dipakai sudah terisi penuh oleh obat.

BAB V
PENUTUP

2.4      Kesimpulan
a.       Pasien yang di periksa adalah Ny. “S “ usia 35 tahun.
b.      Diagnosa medis Ny. “ S “ usia 35 tahun dengan Injeksi Intra muscular KB depo 3 bulanan
c.       Dalam melakukan tindakan pengukuran tekanan darah tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d.      Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa lega dan puas
e.       KIE yang diberikan pada pasien adalah tentang  efek samping dari KB 3 bulan, dan memberikan Jadwal kembali untuk pemberian KB 3 bulan lagi pada tanggal 13 Oktober 2011 dan sewaktu-waktu jika ada keluhan.


2.5      Saran
a.       Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dan konseling KB pada masyarakat sekitar guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.
b.      Masyarakat
            Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya ber-KB bagi masyarakat. Terlebih untuk keluarga yang sudah mempunyai jumlah anggota yang banyak. Selain itu juga agar mengetahui macam-macam jenis KB yang ada beserta kelebihan dan kekurangannya, sehingga biasa memilih jenis KB yang terbaik untuk mereka.
c.       Mahasiswa
            Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan tindakan sesuai dengan teori.
d.      Institusi
            Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai dalam lahan praktek.


DAFTAR PUSTAKA

Ceklist Akbid Brawijaya Husada,Injeksi intramuscular,2011
Potter, Perry. Ganiswara. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Famakologi, FKUI
Ratna Ambarwati, Eni. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Kawan Pustaka
Uliyah, Musrifatul dkk. 2008. Ketrampilan  Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Saifudin, Abdul Bani. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tjay, T.H. 2009. Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011







                Anfis vena
Anatomi & Fungsi Pembuluh Darah

 Selain alat pemompa, darah juga memerlukan pembuluh untuk dapat beredar ke seluruh tubuh. Pembuluh ini berbentuk bulat, dengan ukuran berbeda-beda, dan berdiameter antara 0,01 mm hingga 10 mm. Ada tiga macam pembuluh darah, yaitu arteri, vena, dan kapiler. Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk suatu sistem. Perhatikan Gambar 5.11 dan gambar 5.12.

ANFIS OTOT
SISTEM MUSCULARIS (OTOT TUBUH MANUSIA)


A.  ANATOMI OTOT

Ilmu yang mempelajari tentang otot disebut Myologi. Jaringan otot sangat penting bagi tubuh karena fungsinya, diantaranya sebagai alat gerak aktif, alat transportasi pengedar makanan dalam usus, juga pengedaran darah keseluruh tubuh. Jaringan otot ditandai adanya myofibril-miofibril pada selnya yang memanjang. Myofibril tersebut yang bertangung jawab atas kontraktilitas sel-sel otot. Berdasarkan srtukturnya maupun fisiologisnya, otot dibagi menjadi tiga macam yaitu otot rangka, otot polos dan otot jantung.
1. Otot rangka

Otot rangka juga disebut otot skelet atau otot serat lintang, otot bercorak, otot lurik dan musculus striata. Secara mikroskopis, terlihat otot rangka tersebut terdiri dari sel-sel otot (serabut-serabut otot) yang tebalnya kira-kira 10-199um dan panjangnya kira-kira 15cm. inti terletak tepat di bawah permukaan sel, selain itu juga Nampak adanya garis-garis terang dan gelap yang melintang, oleh karena itu disebut otot serat melintang. Satu sel otot diselubungi oleh fascia propria kemudian beberapa fascicule diselubungi oelh selaput yang disebut fascia superfisialis yang terdapat dibawah kulit membentuk fasciculus otot. Di dalam sarcoplasma terdapat sejumlah mitokondria(sarcosum). Warna otot ditentukan oleh adanya suplay darah dan kandungan myoglobin, juga kadar air maupun banyaknya fibril-fibril yang menyusunya. Oleh karena itu otot yang tipis biasanya warnanya lebih muda karena kandungan air yang sedikit, fibrilnya juga lebih sedikit serta suplay darahpun sedikit, jika disbanding otot yang tebal akan berwarna gelap.

Bentuk fasciculus otot ini biasanya berupa kumparan, bagian tengah menggembung yang disebut empal (ventrikel), dan kedua ujungnya mengecil yang disebut dengan urat otot (lendon). Pada umumnya tendon tersebut melekat pada tulang, sifatnya keran dan liat. Bagian ventrikel penting dalam fungsi gerak aktif, yaitu terjadi kontraksi (mengkerut). Jika kontraksi terjadi pada ventrikel otot tersebut maka akan terjadi gerakn tulang dengan perantaraan persendian dimana otot melekat melalui tendonya.

Pada umumnya otot melekat pada dua tulang atau lebih, sehingga tiap otot mempunyai dua tempat pelekatan. Istilah perlekatan pada segmen tulang biasanya digunakan :
Punctum fixum (origo) yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang tidak ikut bergerak.
Punctum mobile (insertion) yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang bergerak.

Sedang istilah lain yang juga sering digunakan sekarang tanpa mengngat tempat perlekatan tersebut bergerak atau tidak bergerak yaitu :
Perlekatan distal, yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang berada disebelah distal (terletak menjauhi dari semua badan).
Perlekatan proximal, yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang berada disebelah proximal (terletak lebih dekat dengan sentrum badan).


2. Otot polos

Otot ini juga disebut musculus nontriata, otot alat dalam, otot tak sadar. Terdiri dari  sel-sel berbentuk spindel dengan panjang 40-200 u.m dan tebal 4-20 u.m, dengan inti berada di tengah. Miofibrilnya sulit untuk dilihat, tidak mempunyai garis-garis gelap terangya. Serabut retikuler (bentuk jala) tranvesal menghubungkan sel-sel otot menbentuk suatu berkas sehingga menjadi satu unit funsional.

Otot polos tidak melekat pada tulang tetapi ikut membentuk alat dalam seperti terdapat pada dinding pembuluh darah, saluran pencernaan, system urogenitalis dan lain sebagainya.

Otot polos bekerja tidak dipengaruhi oleh kehendak, tidak terlalu cepat tetapi berurutan dan tidak cepat lelah. Oleh pengaruh hormonal, kemungkinan otot polos dapat bertambah panjang dan berproliferasi (membentuk sel-sel baru) contohnya yaitu pada uterus, serabut otoitnya dapat mencapai 800 u.m
3. Otot jantung

Serabut-serabut otot yang mengandung sarcaoplasma dalam jumlah besar membentuk jala-jala, seperti otot serat lintang juga terdapat garis-garis melintang gelap dan terang tetapi sarcomernya lebih pendek, intinya terletak ditengah, sarcosom jauh lebih banyak dari otot rangka, serabut otot bercabang-cabang. Otot jantung bergerak teratur dan tidak cepat, tetapi diluar kehendk kita.